jump to navigation

Rampok legal di negeri edan April 17, 2008

Posted by deltawhiski in finance, internet, IT, opinion.
trackback

Beberapa kali sejak Bulan April, para operator seluler saling pamer dengan iklan satu halaman penuh, berwarna lagi, mengkomunikasikan bahwa sekarang tarif percakapan sudah lebih murah.

Mayoritas dari iklan operator seluler, baik di media cetak maupun media elektronik adalah Tarif Murah. Mengapa operator merasa perlu terus mempromosikan harga murah, kemungkinannya hanya ada dua:
– memang benar-benar murah atau
– sengaja meng-kamuflase dan menutup-nutupi tarif mereka yang sangat mahal

dan rasa-rasanya banyak orang setuju berpendapat yang kedua diatas. Marketing is about perception, marketing bertujuan menciptakan persepsi, dan antara persepsi dengan yang di-delivery boleh tidak ada hubungannya sama sekali. Bagaimanapun juga, sebagai institusi bisnis operator seluler tetap berupaya bagaimana membuat orang merogoh koceknya lebih dalam lagi untuk membayari mereka.

Upaya yang dilakukan oleh operator seluler untuk memaksa pelanggan merogoh kocek semakin dalam sudah sampai pada tingkat yang sangat tidak etis dan menyebalkan.

Contoh, Ring Back Tone (RBT)
Anda tidak meminta, apalagi berlangganan RBT. Tiba-tiba saja Anda “dihadiahi”, begitu menurut bunyi SMS-nya, sebuah RBT dengan tarif sekian ribu rupiah untuk jangka waktu tertentu. Jika Anda tidak menginginkan RBT ini, silakan kirimkan SMS UNREG (atau sejenisnya), tarif sekian ratus rupiah.

Penjelasan: Jika semua pelanggan tidak menolak (UNREG) RBT yang “dihadiahi”, operator akan mendulang sekian ribu x sekian juta pelanggan. Jika pelanggan semua menolak, operator tetap akan mendulang sekian ratus x sekian juta pelanggan. Pokoknya ga ada matinya deh si operator, dan kalau ini bukan rampok apa lagi namanya.

Contoh lain, Quiz
Yang namanya email sampah (SPAM), kini juga merambah SMS dan pemain utamanya siapa lagi kalau bukan si operator. Entah memang semua pengguna handphone orang bodoh (paling tidak begitulah yang dipikir oleh operator) atau tidak punya kerjaan (yang punya kerjaan hanya yang bekerja dioperator handphone kali). Secara rutin, operator rajin mengirimkan quiz-quiz murahan dan gampangan dengan iming-iming hadiah yang melimpah, selalu diakhiri dengan pesan, kirim sebanyak-banyaknya lagi. Pokokya ga ada matinya deh si operator, dan kalau ini bukan judi (bentuk lain dari SDSB / Porkas yang menjual mimpi) apa lagi namanya.

Contoh lain lagi, Polling SMS

Dengan dalih “demokrasi”, penonton yang menentukan pilihan, event-event seleb instan seperti Indonesian Idol, AFI, KDI dsb tidak lupa menyertakan partisipasi penonton dirumah. Tidak tanggung-tanggung, nasib para kontestan apakah melaju atau angkat koper diserahkan kepada mekanisme polling SMS dimana penonton boleh (dan dibujuk) mengirimkan SMS sebanyak-banyaknya. Hasilnya mudah ditebak, siapa yang bermodal paling besar, bisa beli pulsa sebanyak-banyaknya untuk diberikan kepada keluarga, teman, relasi, tetangga agar mereka turut mengirimkan SMS dukungan, maka dia yang paling berpeluang menang.

“Sebenarnya kok susah-susah banget ya…”, kata orang tua salah satu kontestan, “….para kontestan dikumpulkan dan dilakukan tender saja berani nyogok berapa agar maju. Selesai bukan, dan tidak repot lagi” Kalau ini bukan money politics, apa lagi namanya.

Semua permainan diatas, oleh si operator diberi nama SMS Premium. Banyak yang tidak mengetahui, bahwa yang paling diuntungkan dari SMS premium ini adalah operator seluler. Penyedia content, penyedia IT, atau “model iklan” yang dijual sebenarnya hanya menerima secuil. Sehingga tidak mengherankan, banyak pelanggan seluler sulit atau dipersulit untuk unreg. Apakah penyedia content yang nakal? Bisa ya bisa tidak. Jika operator seluler memang berniat baik, sangat mudah bagi mereka untuk mem-black list si content provider guna melindungi kepentingan pelanggannya tetapi itu tidak terjadi bukan (kecuali kalau kasusnya sudah dimuat di rubrik Surat Pembaca). Dalam hal ini uang yang menjadi panglima kawan, jadi berkolaborasilah operator seluler, penyedia konten, dan “model iklan”-nya.

Info lengkap struktur bagi hasil SMS premium diantara pemain bisa dilihat di tulisan disebuah milis:
http://finance.groups.yahoo.com/group/marketing-club/message/23294

Sangat disayangkan beberapa artis yang sudah cukup beken masih ‘kemaruk’ berpesta diatas keringat orang lain. Ingat iklan TV, “… ini benar-benar dari HP saya lho…”; emangnya ada artis yang ga ada kerjaan gitu.

Lebih disayangkan lagi seorang tokoh motivator ternama yang katanya sudah punya beberapa rumah mewah dan mobil mewah, banyak perusahaan ini masih tertarik melipatgandakan “faktor kalinya” dengan turut menjual lewat SMS Premium. Kalau ini bukan orang edan, apa lagi namanya.

Jadi mau pamer berapa nol di belakang koma, mau kawin dengan monyet, mau kawin dengan kambing not make any difference. Yang pasti operator seluler tetap mengincer kantong Anda!

Comments»

1. Sebuah ajakan untuk memperbaiki diri : Ray Blog - April 17, 2008

[…] Tulisan diatas kutipan dari blog deltawhisk “Rampok legal di negeri edan“ […]

2. Ray - April 17, 2008

ijin mengutip 🙂

3. Lapocalypse - July 7, 2008

oh

4. andre - March 5, 2009

setuju banget!!!
masalahnya adalah masyarakat terlalu qta mudah terpedaya

5. hardjito - May 16, 2011

setujuuuuu…emang bener!!! sebagian operator seluler mempekerjakan orang culun..goblok dan kemaruk alias srakah…gak punya etika babar blazz..lama-kelamaan bikin muak!!!


Leave a reply to Lapocalypse Cancel reply