jump to navigation

In Memorium rekan Teguh Setiawan August 13, 2007

Posted by deltawhiski in feeling.
trackback

Pada saat membesuk kelahiran putra atau putri sahabat, kita sering mendengar komentar:

“Wah, mirip benar dengan Papanya. Nanti besar pasti jadi pengusaha hebat”

“Jidatnya tinggi, tanda pintar. Bisa jadi dokter atau pengacara”

“Matanya indah, seperti bintang filem”

Pernah tidak ada yang mengatakan,

“Saya lihat anak ini suatu hari nanti akan mati”

Kalau saja ada yang mengatakan begitu, komentar siapa yang paling benar?

Saya rasa yang terakhir. Setiap manusia hidup di dunia suatu hari nanti pasti akan mati.

Hidup ini ibarat satu perjalanan. Ada orang yang jalannya panjang, ada yang jalannya pendek. Kita tidak pernah tahu seberapa panjang atau seberapa jauh perjalanan kita.

Masih terngiang, rekan Teguh mengatakan bahwa mungkin ini adalah pertemuan terakhir karena setelah itu beliau akan kembali ke kampung halamannya berkebun vanilla dan agar bisa dekat dengan istri dan keluarganya.

Suatu keinginan yang sungguh mulia disaat karirnya yang sedang baik-baiknya di Microsoft, perusahaan software terbesar di dunia.

Itu peristiwa setahun lampau pada kesempatan Microsoft tour ke Bunaken, pada saat itu rekan Teguh masih berperan sebagai “induk ayam” yang meng-absen anak-anak ayamnya, bagi-bagi kamar, pesan makanan dan sebagainya. Sepertinya memang khasnya dan spesialisasinya Teguh.

Ternyata memang pertemuan itu adalah pertemuan yang terakhir karena email dari milis bagaikan halilintar disiang bolong,

… dan terasa tak percaya, ketika mendapat berita dari Kian Hien (alumni FTJE UKSW) bahwa Titi telah terbaring koma di RS Telogorejo, saya masih sempat forward beberapa email ke teman-teman yang tidak ikut mailing-list ftje-net (diantaranya Wendra dan Maya) dan tadi malam sebuah sms berita duka menyudahi semuanya.

Walaupun kita tahu bahwa setiap orang suatu hari nanti pasti akan mati, tetapi kepergian seorang sahabat secara mendadak seperti ini tetap menyisakan satu teka teki dan renungan mengenai apa rencana dan rahasia Tuhan.

Peristiwa ini kembali mengingatkan saya kepada seorang sahabat saya yang teramat dekat, Tio Willy, yang kebetulan juga berkarir di Microsoft sebelumnya. Tiada angin tiada hujan, tiba-tiba dia divonnis Leukemia hanya 2 bulan sejak baru menikah. Putranya lahir persis 7 hari rekan Tio Willy berpulang ke rumah Bapa.

Hidup ini memang penuh misteri. Mungkin inilah yang membuat hidup semakin bermakna. Tidak masalah jalan hidup seseorang panjang atau pendek, yang penting adalah seberapa banyak yang telah dilakukan sepanjang jalan itu bermanfaat bagi orang lain.

Manusia dikenal dan dikenang bukan dari apa yang bisa dia dapatkan, melainkan dari apa yang telah dia berikan kepada orang lain karena pada akhirnya, manusia pergi tidak membawa apapun harta duniawi sebagaimana pada saatnya datang.

Soe Hok Gie pernah menulis “…nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”

Selamat jalan sahabat, semoga Tuhan memberikan tempat terbaik bagimu disisiNya.

Bersama Teguh Titi di Bukit Kasih

Comments»

1. Ase - August 14, 2007

Orang baik biasanya pergi duluan. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan.

2. Diana Soedardi - August 14, 2007

Terima kasih Pak Darwin atas tulisan kenangan dan renungan nya yang saya yakin mewakili suara hati banyak teman.

Kenangan saya tentang Teguh sangat mendalam meskipun kami hanya sempat kerja bareng tidak begitu lama.

Saya sering godain dia kalau sudah dekat weekend atau hari libur kejepit biar dia pulang ke Salatiga dan “ngejar proyek bikin anak” makanya bahagia sekali waktu dengar kabar akhirnya proyek terlaksana dengan sukses.

Keputusan nya untuk meninggalkan karir di Microsoft juga sesuatu yang membutuhkan keberanian dan kegigihan hati, yang buat banyak orang belum tentu menjadi pilihan.

Teguh….saya yakin Tuhan akan menjaga mu seperti Ia pun akan menjaga keluarga yang kau tinggalkan dan memberimu sebaik-baik tempat di sisi Nya

Teguh…terima kasih karena sudah mengingatkan kami bahwa hidup ini penuh misteri.

3. badai sitepu - October 1, 2007

Terima kasih Pak Darwin, atas catatan perjalanan almarhum.., saya lama tak bertemu dg beliau, hanya berkomunikasi via telpon saja.

Selamat jalan Bung, mudah2an semua ibadah yang dilakukan dan bermanfaat pada banyak insan, diteruskan banyak insan lain..,

Berpulangnya Bung Teguh mengingatkan kita, bahwa jatah usia semakin sedikit.., dan kita tak pernah tau batasnya…

Doa selalu bagi kita semua, agar bisa jadi insan-insan bermanfaat sampai ajal pun menjemput kita.

4. Kematian, (mungkin) adalah hadiah terbaik bagi kehidupan | Iklan Terkini - February 3, 2012

[…] terutama bagi orang dekat yang ditinggalkan, padahal semua orang dipastikan tahu, satu-satunya titik perhentian yang pasti dari kehidupan yang kita jalani adalah […]


Leave a reply to Kematian, (mungkin) adalah hadiah terbaik bagi kehidupan | Iklan Terkini Cancel reply